Beranda | Artikel
Ucapan Yang Tidak Disertai Niat - Surah Al-Baqarah 225
Sabtu, 5 Februari 2022

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Ucapan Yang Tidak Disertai Niat – Surah Al-Baqarah 225 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan Rodja TV pada Selasa, 29 Jumadil Akhir 1443H / 01 Februari 2022 M.

Ucapan Yang Tidak Disertai Niat – Surah Al-Baqarah 225

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لَّا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَٰكِن يُؤَاخِذُكُم بِمَا كَسَبَتْ قُلُوبُكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌ ‎﴿٢٢٥﴾

“Allah tidak memberikan sanksi kepada kalian disebabkan oleh main-main dalam sumpah-sumpah kalian, akan tetapi Allah memberikan sanksi disebabkan oleh apa yang disengaja oleh hati-hati kalian. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Halim.” (QS. Al-Baqarah[2]: 225)

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam ayat ini bahwa sesuatu yang tidak diniatkan itu perkara yang dimaafkan, artinya tidak berlaku padanya sanksi.

Dari ayat ini kita ambil faidah:

Tidak berniat mengucapkan sesuatu

Seorang hamba tidak diberikan sanksi dari lafadz yang ia ucapkan dan tidak disertai dengan niat. Seperti orang yang bersumpah namun tidak ada niat untuk sumpah. Dan kaidah ini merupakan kaidah yang agung, banyak masalah-masalah yang berhubungan dengan ini.

Contohnya apabila seseorang mengucapkan kata talaq kepada istrinya dan tidak tidak bermaksud untuk mentalaq, maka tidak jatuh talaqnya. Seperti seorang suami mengatakan: “Saya cerai kamu,” tapi maksud tujuannya adalah untuk mengancam saja, bukan untuk menjatuhkan talaq. Maka ini sesuai dengan niatnya, sebagaimana Nabi juga bersabda:

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ

Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Contoh lagi kalau ada seorang laki-laki yang mentalaq istrinya dalam keadaan sangat marah, maka ini pun juga talaqnya tidak jatuh.

Contoh lagi kalau ada orang yang mengucapkan kata-kata kufur namun dalam keadaan gembira yang sangat gembira, maka ia tidak kafir. Contohnya sebuah hadits bahwa Allah lebih gembira dengan taubat seorang hamba dari salah seorang dari kalian yang berada di padang pasir bersamanya untanya yang penuh makanan dan minuman. Kemudian untanya itu hilang. Ia mencari kesana-kemari tidak ketemu. Akhirnya ia berputus asa. Lalu kemudian iapun berbaringlah di dibawah pohon. Ketika ia bangun ternyata untanya sudah ada di sisinya. Lalu kemudian ia pegang tali kekangnya lalu berkata: “Ya Allah, Engkau hambaku dan aku Tuhanmu.” Dia salah karena saking gembiranya. Maka yang seperti ini dimaafkan. Karena tidak ada niat atau tidak bermaksud demikian.

Yang dihitung oleh Allah itu yang disertai dengan niat dalam hati

Kalau antum berkata kepada istri: “Pulang kamu ke rumah bapakmu sana.” Dan niat antum adalah mentalaq maka jatuh talaq walaupun lafadznya bukan lafadz talaq.

Hati memiliki perbuatan

Hati memiliki perbuatan, sebagaimana juga anggota badan pun punya perbuatan. Adapun yang dibicarakan oleh seorang instan di hatinya namun ia tidak merasa tenang dengannya, maka yang seperti ini tidak diberikan sanksi. Karena ini bukan perbuatan namanya. Berdasarkan juga hadits, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إنَّ الله تجاوز عن أمتي ما حدَّثت به أنفسها ما لم تعمل أو تكلم

“Sesungguhnya Allah memaafkan dari umatku apa yang dibicarakan dalam hatinya selama tidak dilakukan atau tidak diucapkan.”

Kalau antum sebatas niat pengen mentalaq tapi tidak diucapkan, maka tidak jatuh talaq.

Penetapan nama bagi Allah Al-Ghafur dan Al-Halim

Al-Ghafur artinya yang maha pengampun, dan Al-Halim artinya yang mengakhirkan azab dan siksa kepada orang yang berhak untuk mendapatkannya. Diakhirkan dan diberikan kepada dia waktu supaya mau bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan terkadang seorang yang berbuat dosa waktu hidupnya tidak diberikan sanksi, tapi diakhirkan nanti di hari kiamat. Dan ini termasuk orang yang Allah tidak inginkan kebaikan padanya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بعبْدِهِ خَيْرًا عجَّلَ لَهُ الْعُقُوبةَ في الدُّنْيَا، وإِذَا أَرَادَ اللَّه بِعبدِهِ الشَّرَّ أمسَكَ عنْهُ بذَنْبِهِ حتَّى يُوافِيَ بهِ يَومَ الْقِيامةِ

“Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba, maka Allah percepat sanksinya di dunia. Dan apabila Allah menginginkan keburukan kepada seorang hamba, maka Allah biarkan ia dengan dosanya sampai Allah berikan semuanya di hari kiamat nanti.”

Makanya kalau kita berbuat maksiat terus kita dikasih sakit, maka Alhamdulillah, itu artinya dipercepat sanksi kita di dunia.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian Tentang Ucapan Yang Tidak Disertai Niat – Surah Al-Baqarah 225


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51361-ucapan-yang-tidak-disertai-niat-surah-al-baqarah-225/